Satu masa kala jalanan
ini masih
sepi
Dan sepasang wajah pias
terpantul di air kolam.
Rasa yang bergolak di
antara percikan api,
Mengukir sebait getir di
seulas senyuman sang pencinta...
Dentuman galau yang pecah
berserakan di satu tikungan
Dan keyakinan yang goyah
dihantam badai
Dengan pasrah, kubiarkan
luka ini tetap menganga
Meski kau coba halangi
hujan menyiraminya
Mengapa tak kau hentikan
saja denyut jantungku dengan satu tikaman?
Atau kau ingin membunuhku
pelan-pelan?
Tersenyum puas pada
setiap kepingan hati yang hancur
Dan tertawa renyah
menyaksikan tubuhku yang perlahan rebah.
Tapi aku tak mati.
Dan kau terdiam
Satu cahaya membuatku
kembali bernafas
Kini, setiap langkahku
adalah kemenangan
Karena sayapmu yang
memujiku.
Payakumbuh,
15 Maret 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar